Relief Adalah – Pengertian, Candi Borobudur, Gambar & Fungsinya – DosenPendidikan.Com – Relief adalah seni pahat kemudian ukiran 3-dimensi yang pada umumnya dibuat di atas batu. Bentuk ukiran ini pada umumnya dijumpai pada bangunan candi, kuil, monumen dan kawasan bersejarah kuno.
Relief adalah seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di atas batu. Bentuk ukiran ini biasanya dijumpai pada bangunan candi, kuil, monumen dan tempat bersejarah kuno. Di Indonesia, relief pada dinding candi Borobudur merupakan salah satu contoh yang dipakai untuk menggambarkan kehidupan sang Buddha dan ajaran-ajarannya. Di Eropa, ukiran pada kuil kuno Parthenon juga masih bisa dilihat sampai sekarang sebagai peninggalan sejarah Yunani.
Sejarah Relief
Relief adalah suatu seni pahat atau ukiran 3 (tiga) Demensi pada media batu. Relief biasanya terdapat pada bangunan candi, monumen atau prasati. Ukiran atau pahatan pada relief memiliki arti yang mendalam karena pada relief terukir dengan indah cerita sejarah masa lampau yang berisi ajaran berharga atau filosofi nenek moyang untuk menjadi pelajaran generasai berikutnya.
Secara garis besar pembuatan relief ada 4 ( empat) Tahap , antara lain :
- Pendeta menuliskan judul cerita pada relief;
- Seniman menggambar pada panel;
- Pemahat membuat karakter dan bentuk pada panel;
- Pemyempurnan detail dan karakter oleh seniman;
Relief pada Candi- candi di Indonesia Khususnya di jawa memiliki ciri ukiran sendiri – sendiri begitu juga dengan cerita yang tertuang pada dinding candi.
Sebut saja Borobudur, candi budha terbesar di indonesia, yang memiliki 1460 relief. Relief – relief pada candi borobudur selain menggambarkan tentang ajaran hidup sang budha terdapat pula relief yang mengisahkan kehidupan zaman mataram kuno. Relief pada dinding candi borobudur terbagi 4 kisah utama yakni : Karmawibangga; Lalita wistara, Jataka dan awadana; serta Gandawyuda
Baca Juga : Seni Rupa Murni – Pengertian, Fungsi, Jenis, Contoh, Dan Perbedaannya
Sedang pada candi Prambanan memuat 2 (dua) kisah yaitu Ramayana dan Kresnayana. Candi Pambanan memiliki 3 (Tiga ) candi utama. Pada pagar langkan candi siwa dan candi brahma terukir kisah Ramayana, sementara pada pagar langkan candi wisnu terukir kisah Krenayana
Untuk membaca cerita pada relief sebuah candi para pengunjung harus berjalan searah jarum jam, istilah berjalan searah jarum jam ini di kenal dengan istilah Pradaksina, yang berasal dari bahasa Sansekerta Daksina yang berarti timur (Cerita dimulai dari sisi sebelah timur dan berakhir di sisi sebelah timur ). namun ada beberapa candi mengunakan teknik membaca Prasawiya (Berlawanan dengan arah jarum jam)
Di Dalam negri, relief pada dinding candi Borobudur merupakan salah 1 contoh yang digunakan bagi menggambarkan kehidupan sang Juggernaut dan ajaran-ajarannya. Di Europe, ukiran pada kuil kolot Parthenon juga masih dapat dilihat sampai sekarang sebagai peninggalan sejarah Yunani Primitif.
Relief ini bisa ialah ukiran yang berdiri sendiri, maupun sebagai bagian dri panel relief yang lain, membentuk sebuah cerita atau ajaran. Pada Candi Borobudur sendiri misalkan wujud lebih dari 1400 snowboard relief ini yang digunakan untuk menceritakan semua petunjuk sang Buddha Gautama.
Baca Juga : “Apresiasi Seni Rupa” Pengertian & ( Tahapan – Tujuan )
Macam – Macam Jenis Relief
Relief tinggi
Relief tinggi atau (bahasa Perancis: Haut-relief, bahasa Italia: Alto-rilievo, bahasa Inggris: High-relief) adalah jenis relief dengan ukiran yang lebih menonjol keluar dengan penampil kedalaman dimensi lebih dari 50 persen. Relief ini hampir menampilkan seni patung yang utuh yang menempel pada dasar permukaan dinding. Contoh relief tinggi adalah kebanyakan arca periode Hindu Buddha Jawa yang bersandar pada stela sandaran arca, atau relief-relief dewata Lokapala pada candi Prambanan. Contoh lainnya adalah relief-relief Yunani dan Romawi kuno yang lebih menonjol.
Relief rendah
Relief rendah atau (bahasa Perancis: Bas-relief, bahasa Italia: Baso-rilievo, bahasa Inggris: Low-relief) adalah jenis relief dengan ukiran yang sedikit menonjol dari dasar permukaan dinding. Tonjolan atau kedalaman ukirannya bervariasi dan biasanya hanya beberapa sentimeter atau kurang dari 50 persen kedalaman dimensi ukiran. Contoh dari relief rendah atau bas-relief adalah relief-relief pada candi periode klasik Jawa kuno, misalnya relief candi Borobudur.
Relief dangkal
Relief dangkal atau (bahasa Inggris: shallow-relief atau bahasa Italia: rilievo schiacciato) adalah jenis relief yang lebih dangkal dari relief rendah. Ukiran relief hanya berupa guratan-guratan tipis untuk menghilangkan material latar.
Relief tenggelam
Relief tenggelam atau (bahasa Inggris: sunken-relief) adalah jenis relief di mana latar permukaan dinding dibiarkan utuh dan rata, sementara ukiran figur digambarkan tenggelam dicukil dalam permukaan dinding. Jenis relief seperti ini lazim dalam kesenian Mesir kuno.
Baca Juga :Penjelasan Kerajaan Kutai Beserta Kehidupan Ekonomi, Sosial Dan Budayanya
Yunani Kuno
Seniman Yunani biasanya meracik relief yang menggambarkan eksploitasi militer dengan perumpamaan mitologi, misalnya relief-relief tentang pertempuran dengan bangsa Athena melawan kelompok Kentaur yang melambangkan sebuah penaklukan kaum berperadaban arah bangsa tak beradab. Jamaah Yunani juga sering menyajikan relief yang menyerupai para dewa dan para pahlawan.
Romawi
Dibandingkan Yunani, bangsa Romawi lebih suka menggunakan cara dokumenter. Relief Romawi mengenai adegan pertempuran, seperti yang terdapat di Pilar Trajan, dibuat untuk menunjukkan kebesaran Romawi, dan juga untuk menunjukan kostum dan peralatan perang Romawi.
Pilar Trajan menceritakan Perang Romawi-Dakia yang diprakarsai oleh kaisar Romawi, Trajan di daerah yang kini dikenal sebagai Romania. Relief tersebut merupakan salah satu relief Romawi yang paling terkenal dan ialah pusaka dari dunia kolot yang sangat artistik. Panjangnya sekitar 650 kaki memutari pilar, dan secara nyata menunjukkan lebih dari 2, 500 orang, juga diikutsertakan unsur-unsur lainnya seperti pemandangan alam, hewan, kapal laut, dan berbagai hiasan-hiasan.
Comfort tersebut selamat dari penghanucran karena dijadikan pusat bagi patung-patung Kristen. Pada zaman Kristen setelah 300 Meters, dekorasi relief pada pintu dan sarkofagus masih tetap dibuat.
Klasifikasi Relief Menurut Van Zuidam, 1983
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Banjar Beserta Wilayahnya
Relief Candi Borobudhur
Candi Borobudur adalah sebuah mahakarya agung! Inilah monumen Buddha terbesar di dunia yang telah diakui UNESCO. Ia merupakan puzzle atau lego dari sekira 2 juta balok batu vulkanik raksasa yang dipahat sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci (interlock) meski tanpa menggunakan semen atau perekat apa pun.
Akan tetapi sebagaimana kita ketahui, Borobudur yang dibangun memakan waktu sekira 75 tahun ini bukanlah hanya sekedar tumpukan puzzle batu raksasa, meski teknik menyusun batu-batu ini pun adalah sebuah hal yang luar biasa. Borobudur juga menyimpan pesona keindahan karya seni bernilai tinggi bermuatan sejarah, budaya, dan agama. Kesepuluh pelataran Borobudur diyakini sebagai representasi filsafat mazhab Mahayana, yaitu menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
Borobudur sudah serupa kitab Buddha yang dipahat di batuan dengan kualitas dan kuantitas pahatan relief dan jenis cerita yang mumpuni serta dilengkapi dengan arca dan stupa yang tak kalah mengagumkan. Candi Borobudur memiliki sekira 2672 panel relief yang konon apabila dibentangkan akan mencapai panjang 6 kilometer. UNESCO bahkan mengakuinya sebagai ansambel relief Buddha terbesar dan terlengkap di dunia. Setiap adegan dan kisah yang terpahat adalah sebuah mahakarya seni yang utuh dan luar biasa tinggi nilainya.
Ada teknik tersendiri untuk membaca relief pada dinding-dinding candi, yaitu dibaca ke arah sesuai arah jarum jam. Hal ini dikenal dengan istilah mapradaksina (bahasa Jawa Kuna) yang berasal dari bahasa Sansekerta Daksina yang berarti timur. Awal cerita akan dimulai dan berkahir di pintu gerbang sisi Timur di setiap tingkatnya. Borobudur memiliki tangga naik di empat penjuru mata angin tapi diperkirakan tangga naik utama adalah di sebelah Timur.
Relief pada Borobudur terpahat di beberapa tingkatan Borobudur. Relief-relief tersebut menggambarkan adegan yang diambil dari beberapa sutra, yaitu cerita Karmawibhanga, Jatakamala, Awadana, Gandawyuha dan Bhadracari.
Karmawibhangga adalah relief yang menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat (hukum karma). Di zona Kamadhatu, beberapa relief-relief Karmawibhangga menggambarkan hawa nafsu manusia, seperti perampokan, pembunuhan, penyiksaan, dan penistaan. Tidak hanya menggambarkan perbuatan jahat, Relief Karmawibhanga yang dipahat di atas 160 panil juga menggambarkan ajaran sebab akibat perbuatan baik.
Setiap panil bukanlah cerita naratif (berseri) dan berisi kisah-kisah tertentu yang di antaranya menggambarkan perilaku masyarakat Jawa Kuna masa itu, antara lain perilaku keagamaan, mata pencaharian, struktur sosial, tata busana, peralatan hidup, jenis-jenis flora dan fauna, dan sebagainya. Secara keseluruhan itu menggambarkan siklus hidup manusia, yaitu: lahir – hidup – mati (samsara).
Kamadhatu adalah gambaran dunia yang dihuni oleh kebanyakan orang, atau dunia yang masih dikuasai oleh kama atau “nafsu rendah”. Karenanya zona ini berada di tingkat paling bawah Borobudur dan kini tertutup oleh pondasi penyokong bangunan sehingga tidak terlihat (kecuali pada sisi Selatan terbuka sedikit). Ada dugaan bahwa tertutupnya zona ini dikarenakan untuk memperkuat struktur atau pondasi bangunan. Akan tetapi, dugaan lain menyebutkan bahwa hal tersebut adalah untuk menutupi konten-konten cabul dari relief tersebut. Untuk melihat relief pada zona ini, Anda dapat mengunjungi Museum Karmawibhangga yang memajang foto-foto di Kamadhatu yang sengaja diambil agar tetap dapat dinikmati pengunjung.
Baca Juga : “Berkarya Seni Rupa” Pengertian & ( Konsep – Proses )
Lalitawistara adalah relief yang menggambarkan riwayat sang Buddha dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita hingga kisah ajaran pertama yang beliau lakukan di Taman Rusa yang berada di dekat Kota Banaras. Relief Lalitawistara berjumlah 120 panil namun tidak secara lengkap menggambarkan kisah sang Buddha.
Lalitawistara adalah rangkaian relief cerita yang terpahat apik pada dinding candi di lorong 1 tingkat 2. Secara garis besar, Lalitawistara menggambarkan kehidupan Buddha Gautama saat lahir hingga keluar dari istana dan mendapat pencerahan di bawah pohon bodhi.
Jataka dan Awadana adalah relief tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Terpahat di tingkat kedua candi (lorong 1), relief ini bercerita tentang kebaikan sang Buddha dan pengorbanan diri yang ia lakukan dalam berbagai bentuk reinkarnasinya, baik sebagai manusia atau binatang. Perbuatan baik inilah yang membedakannya dengan makhluk lain. Apalagi berbuat baik adalah tahapan persiapan dalam usaha menuju tingkat Buddha yang lebih tinggi.
Awadana adalah juga berisi cerita Jataka namun tokoh ceritanya bukan Buddha melainkan pangeran Sudhanakumara. Cerita pada relief Awadana dihimpun dalam Kitab Diwyawadana (perbuatan mulia kedewaan) dan Kitab Awadanasataka (seratus cerita Awadana).
Gandawyuha adalah deretan relief yang terpahat rapi di dinding Borobudur sejumlah 460 panil yang terpahat di dinding serta pagar langkan. Pahatan relief ini tersebar di tingkatan candi yang berbeda-beda.
Berkisah tentang Sudhana, putera seorang saudagar kaya yang berkelana dalam usahanya mencari pengetahuan tertinggi atau kebenaran sejati. Penggambarannya pada panil-panil didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha. Sementara itu, untuk bagian penutupnya, kisah relief berdasarkan cerita kitab lain, yaitu Bhadracari. Kisah ini adalah tentang sumpah Sudhana untuk menjadikan Bodhisattwa Samantabhadra sebagai panutan hidupnya.
Apabila Anda perhatikan mulai dari lantai kelima hingga ketujuh tidak tampak relief pada dindingnya. Tingkatan yang melambangkan alam atas tersebut dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Pada tingkatan ini, manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa namun belum mencapai nirwana. Pada Arupadhatu yang terlihat adalah stupa-stupa terawang yang di dalamnya terdapat patung Buddha.
Di tingkatan tertinggi dari Candi Borobudur yang memiliki total 10 tingkatan atau pelataran ini terdapat sebuah stupa yang terbesar dan tertinggi. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga Unfinished Buddha yang kini di simpan di Museum Karmawibhangga.
Berdenah bujur sangkar dengan keseluruhan ukuran 123 x 123 meter, Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Borobudur memiliki lorong-lorong panjang berupa jalan sempit, diperkirakan sebagai tempat bagi umat Buddha melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Borobudur memiliki enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar, dan sebuah pelataran puncak tempat stupa utama berada.
Struktur dasarnya berupa punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia. Karena keunikan, keindahan, nilai historis, dan kualitas karya seni yang bernilai tinggi yang termanifestasikan di Borobudur, candi Buddha ini sudah tentu layak menyandang gelar sebagai salah satu mahakarya seni tingkat tinggi dari peradaban Nusantara.
Candi Borobidur
Ciri-Ciri
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Candi Mendut kota malang
Ciri-Ciri :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda. Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
Baca Juga :Sejarah Kerajaan Tarumanagara Beserta Penjelasannya
Candi Lumbung
Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha)
Ciri-cirinya :
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.
Candi Banyunibo
Candi Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa Jawa) adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.
Ciri-cirinya:
Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan ukiran relief kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.
Sekian penjelasan artikel diatas, semoga dapat bermanfaat bagi semua pembaca DosenPendidikan.Com