Esai – Pengertian, Ciri, Jenis, Struktur, Bahasa, Langkah & Contoh – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Esai yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, ciri, jenis, struktur, bahasa, langkah dan contoh, nah agar lebih dapat memahami dan dimengerti simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Pengertian Esai
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan penulisan.
Esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.
Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Contoh Karangan Deskripsi
Ciri-Ciri Esai
Secara umum sebuah karya dapat digolongkan ke dalam esai yaitu apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
- Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
- Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
- Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.
- Memenuhi kebutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di awang-awang.
- Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.
Jenis-Jenis Esai
Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis esai, terdiri atas:
-
Esai Deskriptif
Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.
-
Esai Tajuk
Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.
-
Esai Cukilan Watak
Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.
Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Contoh Teks Deskripsi
-
Esai Pribadi
Hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri.
-
Esai Reflektif
Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.
-
Esai Kritik
Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.
Struktur Esai
Untuk menulis esai yang baik, terdapat susunan atau struktur dari eai yang harus diperhatikan penulis. Diantaranya adalah sebagai berikut:
-
Pendahuluan
Di dalam pendahuluan, kita dapat mengungkapkan topic atau tema yang akan dibahas dalam keseluruhan esai. Unsur-unsur yang ada di dalam pendahuluan adalah latar belakang dan pendapat pribadi penulis mengenai tema yang akan dibahas secara lebih jelas dan detil pada bagian selanjutnya. Pendahuluan menjadi pengantar pembaca untuk memahami topic yang akan dibahas sehingga pembaca lebih mudah menelaah isi esai.
-
Isi/Pembahasan
Isi atau pembahasan adalah bagian dari esai yang menjelaskan tema/topic tulisan secara lebih detil. Di dalam isi, penulis menjabarkan pendapatnya secara kronologis atau urut sesuai dengan ide yang disusun dalam kerangka sehingga esai menjadi koheren.
Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Dongeng adalah
-
Kesimpulan/Penutup
Kesimpulan adalah bagian terakhir dalam esai. dal Bagian ini berisi kalimat yang merangkum atau menyimpulkan apa yang sudah disampaikan di pendahuluan dan pembahasan. Kesimpulan tidak boleh melebar ke topik lain.
Bahasa Esai
Bahasa yang digunakan dalam esai pada umumnya sama dengan karya ilmiah, yaitu :
-
Baku
Struktur yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata/istilah, dan penulisan sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan (EYD).
-
Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
-
Ringkas
Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya bernas
-
Runtun
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam kalimat maupun dalam paragraf.
-
Denotatif
Kata yang diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya bernas.
Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Pengertian Novel Menurut Para Ahli
Langkah Pembuatan Esai
Berikut ini terdapat beberapa langkah pembuatan esai, terdiri atas:
- Menentukan tema atau topi. Menentukan tema atau topik yang ingin dibicarakan dalam sebuah esai dan dituangkan menjadi sebuah gagasan pokok berupa satu kalimat lengkap, dimana gagasan pokok merupakan pandangan atau pendirian mengenai topik yang dipilih.
- Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan dibahas. Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir. Kemudian tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud
- Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik
- Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca
- Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut
- Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat dan jelas.
- Menulis tubuh esai. Dimulai dengan memilah poin-poin penting yang akan dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita harus mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.
- Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan.
- Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya. Karena memang tugas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di media massa yang seharusnya (memang) bersikap netral.
Contoh Esai
Menyetiai Siswa Miskin
Sudah jelek, miskin, kurang cerdas, dan hidup lagi! Begitulah Tukul sering berolok-olok. Anak-anak seperti itulah yang dari tahun ke tahun memenuhi sekolah-sekolah yayasan kami. Apakah mesti merasa sial mengelola sekolah semacam ini? Adakah alasan untuk menyetiai siswa-siswanya?
Untuk apa sekolah dibangun? Ini pertanyaan penting dalam menyikapi realitas sekolah kami yang sebagian besar dipenuhi anak-anak miskin. Sekolah adalah ruang mengolah hidup. Di sekolah seseorang ditumbuhkembangkan kepribadiannya. Jadi semestinya tak masalah dengan anak macam apa pun di sekolah, termasuk yang ringkih modal hidupnya. Namun, jujur saja, tidak mudah menyetiai siswa macam ini.
Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Majas Metafora Adalah
Siswa yang miskin, lusuh, kurang cerdas lagi, sering disikapi sebagai kesialan. Sesungguhnya yang lebih sial adalah ketika mereka tidak mendapat kesempatan mengolah hidupnya dengan belajar di sekolah. Anak-anak semacam itulah yang banyak penulis jumpai di kelas.
Mereka adalah representasi anak bangsa yang dikalahkan karena kemiskinan. Untung saja yayasan berkomitmen memberi ruang bagi mereka. Kami berharap sekolah kami memberi kesempatan bagi tumbuh kembangnya kepribadian mereka.
Kemiskinan menjadikan mereka kurang cerdas. Sebagian besar dari mereka adalah lulusan sekolah yang tak memiliki tradisi studi yang baik. Jadi tak mudah mengajak mereka bertekun di kelas. Oleh karena itu, kami sadar terlalu berat menggusur prestasi siswa sekolah favorit yang leluasa merekrut anak-anak cerdas, berkecukupan, dan memiliki tradisi studi yang baik.
Satu hal yang kami perjuangkan adalah menghentikan ”kesialan” jalan hidup anak-anak kami. Kalau ada satu dua lulusan kami yang akhirnya bisa bersaing dengan anak-anak dari sekolah favorit, itu sudah luar biasa.
Kalau ada anak-anak kami yang lulus dengan kesadaran pentingnya peduli terhadap perjuangan nasib diri sendiri, itu menjadi kepuasan kami sebagai pendidik. Kami pandang mereka telah menyingkap tempurung hidupnya karena kemiskinan. Bukankah ini hakikat pendidikan yang berjuang menyingkap keterbelengguan diri?
Bagi kami yang telah lama bergulat dengan anak-anak miskin, ada banyak pergulatan hidup sebagai pendidik selama mendampingi mereka. Seorang sahabat kami dibuat menangis ketika siswinya tak mau ikut ujian karena lebih memilih bekerja demi menghidupi keluarganya.
Sahabat lain merasakan kebermaknaan sebagai pendidik ketika menjemput paksa sejumlah siswa agar mau mengikuti ujian meski belum melunasi uang sekolah.
Yang lain lagi merasa lega ketika semua siswanya bisa mengikuti ujian meski untuk itu ia harus mengemis kepada para donatur demi biaya ujian para siswanya. Ada juga yang bersyukur sekaligus geli karena beberapa kali harus rela menjual burung peliharaan untuk biaya akomodasi lomba para siswanya.
Pada realitas semacam itu, anak-anak miskin di sekolah sesungguhnya menjadi penuntun dalam pergulatan hidup seorang guru. Mereka seperti menciptakan outbound bagi tumbuh kembangnya jiwa kami sebagai pendidik. Mereka ”memaksa” kami untuk mengajar dengan cara sesederhana dan sekreatif mungkin. Lemahnya daya nalar serta rendahnya daya tahan untuk bertekun di kelas mendidik kami untuk semakin sabar.
Anak-anak itu membantu kami melompati batas-batas hidup (boundaries of life) sebagai pendidik. Mereka adalah penolong kami yang nyata untuk menjumput kebermaknaan hidup sebagai pendidik. Bersama anak miskin, kami tidak hanya menjadi guru yang mengajarkan pengetahuan. Lebih dari itu mereka membantu kami belajar menjadi manusia yang sempurna.
Meski demikian, tak banyak guru yang sempat menjumput kebermaknaan hidup bersama siswa-siswanya yang miskin. Banyak guru dari sekolah kaya lagi favorit tak rela pindah ke sekolah miskin. Mereka merasa dibuang ketika dimutasi ke sekolah miskin. Pasalnya, di sekolah miskin pendapatan mereka di luar gaji pokok menurun drastis, tak ada kegagahan fisik, juga tak lagi berjumpa para murid menarik.
Arus hedonisme, konsumerisme, dan pragmatisme telah menggusur idealisme banyak guru. Semua diukur dengan uang dan kemutakhiran fasilitas. Apalagi tahun-tahun ini perhatian guru sering dimobilisasi oleh gaji dan beragam tunjangan. Dinamika pendidikan yang lebih menyeruakkan penampilan semacam bangunan gedung dan beragam kegiatan mewah membuat guru tak lagi menjumput pergulatan sebagai pendidik. Sekolah miskin pun menjadi kesialan.
Sampai di sini kita bertanya, generasi macam apakah yang akan lahir dari pendidik yang nihil idealisme dan pergulatan?
Demikianlah pembahasan mengenai Esai – Pengertian, Ciri, Jenis, Struktur, Bahasa, Langkah & Contoh semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂